Recent Posts

Statistik Deskriptive

 


STATISTIK Bagian DESKRIPTIVE
1.      Pendahuluan
Dalam suatu penelitian seorang peneliti dapat menggunakan dua jenis analisis, yaitu analisa statistik (statictical analysis) dan analisis non-statistik (nonstatictical analysis). Bagian ini dan berikutnya dimaksudkan untuk menanggapi keperluan-keperluan analisa statistik.

Apa Statistik Itu?
Pada dasarnya, istilah statistik mempunyai dua macam pengertian, yaitu pengertian yang luas dan yang sempit. Dalam pengertian yang sempit, kata statistik digunakan untuk menunjukkan semua kenyataan yang berwujud angka-angka tentang kejadian khusus.
Contoh
Statistik kecelakaan lalu-lintas, statistik nikah-talak-rujuk, statistik kelahiran dan kematian, statistik penerimaan mahasiswa baru, dan sebagainya.

Dalam pengertian yang luas, yaitu sebagai teknik metodologik, kata statistik mempunyai arti sebagai cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan, menyusun, menyajikan, dan menganalisa data penelitian yang berwujud angka-angka.

Lebih jauh daripada itu, statistik diharapkan dapat menyediakan dasar-dasar yang dapat dipertanggung-jawabkan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang benar dan untuk mengambil keputusan-keputusan yang baik.

Konsep Dasar Kerja Statistik
Statistik menggunakan tiga jenis konsep dasar kerja, yaitu:
(1)   Variasi.
Didasarkan atas kenyataan bahwa seorang peneliti selalu menghadapi gejala-gejala yang bermacam-macam, gejala yang bervariasi baik dalam jenisnya mupun dalam tingkatan besar-kecilnya.
(2)   Reduksi.
Memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelidiki hanya sebagian dari seluruh gejala atau kejadian yang hendak diteliti. Penelitian semacam ini, dikenal dengan sebutan penelitian sampling (sampling study).
(3)   Generalisasi.
Walaupun penelitian dilakukan hanya terhadap sebagian dari seluruh gejala atau kejadian, namun kesimpulan daripadanya akan diperuntukkan bagi keseluruhan dari sebagian gejala atau kejadian yang diambil.

Ciri-Ciri Dasar Statistik
Statistik mempunyai tiga macam ciri dasar:
(1)   Bekerja dengan angka-angka
Angka-angka dalam statistik mempunyai dua arti, yaitu angka sebagai jumlah yang menunjukkan jumlah atau frekwensi, dan angka yang menunjukkan nilai atau harga. Dalam arti yang terakhir, angka masih mewakili atau menyimbulkan sesuatu kwalitas, misalnya angka kecerdasan siswa, nilai sekolah atau harga barang.
(2)   Bersifat obyektif
Kerja statistik menutup pintu bagi masuknya unsur-unsur subyektif yang dapat menyulap keinginan menjadi kenyataan atau kebenaran. Statistik sebagai alat penilai kenyataan tidak dapat berbicara lain kecuali apa adanya.
(3)   Bersifat universal
Dapat digunakan hampir dalam semua bidang penelitian. Penelitian-penelitian dalam wilayah ilmu-ilmu eksak, biologi, sosial, dan kebudayaan, semuanya dapat menggunakan statistik dengan keyakinan penuh.

Mengapa Perlu Statistik?
Kebanyakan dari kita mengira bahwa jika kita mempunyai kesimpulan dari hasil penelitian kita terhadap kejadian-kejadian yang terbatas, maka kesimpulan itu berlaku dengan sempurna untuk seluruh kejadian yang sejenis. Perkiraan semacam itu sama sekali tidak benar dan sangat menyesatkan (Sutrisno, 1981). Karena tata penelitian ilmiah yang menghasilkan konklusi-konklusi ilmiah selalu bertentangan dengan perkiraan tersebut.

Hampir semua penelitian ilmiah dilakukan terhadap sampel kejadian. Oleh karena sampel pernah didapat secara sempurna mewakili populasinya, maka semua generalisasi yang didasarkan kepada sampling study pastilah besar atau kecil mengalami kesalahan atau kesesatan, terkecuali jika keadaan kejadian atau gejalanya seragam atau homogin. Kenyataan seperti ini dikenal dengan sebutan kesalahan generalisasi (generalization errors).

Suatu generalisasi pasti mengalami kesalahan. Dari sini muncul suatu persoalan, yaitu “Bagaimana memperhitungkan besar-kecilnya kesalahan itu?”. Penyelesaian persolan inilah yang menjadi salah satu tugas terpenting dari statistik, yaitu: memperhitungkan kesalahan generalisasi.

Ilmu pengetahuan mengemban tiga tugas penting, yaitu:
(1)   Menerangkan gejala
(2)   Meramalkan kejadian
(3)   Mengontrol kejadian

Disini statistik mampu untuk memikul ketiga tugas tersebut, yaitu (1) untuk menerangkan gejala disediakan suatu bagian satistik yang disebut statistik deskriptiv, dan (2) untuk meramalkan dan mengontrol kejadian dipersiapkan suatu bagian statistik yang disebut statistik inferensial.

Penyajian Data Statistik
Bagaimana menyajikan data penelitian itu? Data penelitian itu harus disajikan secara teratur, singkat, mudah dimengerti, dan mampu memberikan gambaran yang tepat tentang suatu keadaan. Hal ini merupakan salah satu tugas statistik yang sangat penting.

Pada dasarnya, penyajian data statistik dapat disajikan dalam dua bentuk:
(1)   Penyajian dalam bentuk tabel-tabel.
(2)   Penyajian dalam bentuk grafik-grafik.

Selain kedua bentuk penyajian tersebut, masih ada satu bentuk penyajian lainnya dari hasil-hasil kerja statistik, yaitu bentuk perumusan, atau dalam statistik lebih sering dikenal dengan sebutan tekstular. Bentuk ini secara teratur selalu mengikuti semua penyajian data statistik yang sudah dianalisa dan disimpulkan.

Kesimpulan-kesimpulan statistik biasanya dirumuskan dalam kata-kata atau kalimat-kalimat. Sering kali kerja statistik hanya menghasilkan konklusi-konklusi yang dirumuskan dalam kata-kata tanpa disertai penyajian dalam bentuk-bentuk lainnya. Namun demikian, tidak jarang penyajian data statistik diberikan dalam bentuk yang bermacam-macam sekaligus, yaitu tabel, grafik, dan kesimpulan yang dirumuskan dalam kata-kata.

Variabel
Bahwa semua obyek yang menjadi sasaran penelitian merupakan suatu gejala. Gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya maupun dalam tingkatannya disebut sebagai variabel. Gejala yang bervariasi menurut jenisnya misalnya adalah gejala gender. Disini gender bervariasi dalam jenis pria dan jenis wanita. Contoh lain, jabatan juga merupakan gejala yang bervariasi menurut jenisnya, yaitu seperti petani, pedagang, guru, pegawai dan sebagainya. Sedangkan gejala yang bervariasi menurut tingkatan besar-kecilnya misalnya adalah penghasilan, kecerdasan, rasa keadilan, sosiabilitas dan semacamnya.

Suatu gejala yang hanya dapat dibagi menurut jenisnya disebut gejala diskrit, gejala kategorik, atau gejala nominal. Sedangkan gejala suatu gejala yang dapat digolong-golongkan menurut tingkatan besar-kecilnya disebut gejala kontinue.

Angka-angka yang diletakkan pada variabel diskrit adalah angka kwantitatif yang dihasilkan dari perhitungan atau penjumlahan. Sebagai contoh, wanita = 12 (orang), pria = 10 (orang). Angka-angka yang mewakili kwantitas itu disebut frekwensi atau jumlah dan diberi simbul f atau N.

Sebaliknya angka-angka yang diletakkan pada variabel kontinue, biasanya merupaakn angka-angka kwalitatif. Sebagai contoh, IQ = 110, Aljabar = 8, dan sebagainya. Angka-angka kwalitatif ini diperoleh dari suatu pengukuran, dan dalam statistik angka-angka itu biasa disebut score, nilai, atau harga, diberi simbul X, Y, atau huruf-huruf lainnya.

2.      Distibusi Frekwensi
Tabel Distribusi
Data-data hasil penelitian yang terkumpul dan belum disusun dengan cara apapun disebut data kasar atau data mentah. Namun jika data itu sudah disusun menurut urutan besar-kecilnya, baik dari atas ke bawah atau pun dari bawah ke atas, data itu disebut array.

Berikut ini adalah contoh data I.Q dari enam siswa yang belum disusun sebagai data kasar dan yang sudah disusun dari I.Q yang terkecil ke I.Q terbesar atau pun dari I.Q yang terbesar ke I.Q terkecil sebagai  array.

DATA KASAR



ARRAY
I.Q.



I.Q.

116




89


116

97




97


114

109




102


109

102




109


102

114




114


97

89




116


89

Dalam menghadapi sejumlah data penelitian yang besar, seorang peneliti biasanya membagi-bagi data itu ke dalam golongan-golongan atau kelas-kelas tertentu dan menghitung jumlah individu yang termasuk dalam tiap-tiap golongan atau kelas itu.

Suatu penyajian dalam bentuk tabel yang berisi data yang telah digolong-golongkan ke dalam kelas-kelas menurut keurutan tingkatannya beserta jumlah individu yang termasuk dalam masing-masing kelas itu disebut tabel distribusi, atau tabel distribusi frekwensi seperti yang ditunjukkan pada contoh di bawah ini.

Tabel Distribusi Frekwensi
I.Q.
f
125
129
2
120
124
3
115
119
7
110
114
12
105
109
21
100
104
18
95
99
20
90
94
11
85
89
5
80
84
1

Batas Kelas
Angka-angka seperti 120 – 124, yang ditunjukkan pada tabel distribusi frekwensi di atas disebut interval kelas, atau kelas atau interval. Angka-angka tersebut membatasi kelasnya dari kelas-kelas di atas dan di bawahnya dan disebut angka-angka batas kelas. Disini angka 120 merupakan angka batas bawah, sedangkan angka 124 merupakan angka batas atas.

Jika berat badan dicatat dalam satuan kg yang terdekat, maka golongan kelas 51 – 53 kg (misalnya) akan mewakili semua berat badan yang bergerak diantara 50,500 kg sampai 53,500 kg atau dengan bilangan-bilangan eksak: 50,5 – 53,5. Bilangan-bilangan eksak 50,5 – 53,5 ini merupakan batas nyata, sebab bilangan-bilangan itu dengan nyata-nyata membatasi kelasnya dengan kelas lainnya.

Batas nyata dapat dengan mudah diperoleh, yakni dengan cara menjumlahkan bilangan-bilangan batas yang berdekatan dibagi dua seperti:
sebagai batas dari kelas 51 – 53 dan kelas 54 – 56.

Terkadang batas-batas nyata digunakan untuk menandai penggolongan-penggolongan kelas dalam suatu tabel distribusi, seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

Berat Badan
71,5  ke atas
68,5
71,5
65,5
68,5
62,5
65,5
59,5
62,5
56,5
59,5
53,5
56,5
50,5
53,5
50,5  ke bawah

Pemakaian bilangan-bilangan batas nyata seperti yang ditunjukkan pada tabel di atas akan memunculkan kesulitan baru saat memasukkan frekwensi ke dalam kelasnya masing-masing. Misalkan diberikan sebuah data berat badan 56,5 kg, pencatatan frekwensi berat badan tersebut akan dimasukkan kemana? Masuk dalam kelas 53,5 – 56,5 ataukah dalam kelas 56,5 – 59,5?

Adanya kesulitan dalam pencatatan frekwensi pada bilanngan-bilangan batas nyata, maka muncul suatu pedoman, yaitu apabila digunakan batas-batas nyata sebagai pencatatan dalam penggolongan-penggolongan, hendaknya batas-batas itu tidak terdapat dalam pengukuran yang sebenarnya. Atau lebih amannya kita gunakan saja pencatatan penggolongan seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Berat Badan
   72  ke atas
69
71
66
68
63
65
60
62
57
59
54
56
51
54
   50  kebawah

Lebar Kelas
Pada umumnya pencatatan dalam suatu tabel distribusi menggunakan penggolongan-penggolongan kelas sama lebarnya, seperti pencatatan:

51 – 53
54 – 56
. . .
69 – 71

Masing-masing kelas itu mempunyai lebar 3 (tiga), diperoleh dari hasil pengurangan batas atas nyata dengan batas bawah nyata.

Suatu kelas yang tidak jelas dalam menetapkan batasnya, seperti misalnya 72 ke atas dan 50 ke bawah dalam tabel di atas itu, disebut sebagai kelas terbuka. Dalam statistik kelas-kelas terbuka semacam ini sering kali menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam perhitungan dan analisisnya. Oleh karena itu kelas-kelas terbuka sedapat mungkin untuk dihindari.

Tanda Kelas
Tanda kelas adalah titik tengah dari pada kelas, yang diperoleh dari jumlah batas atas dan batas bawah di bagi dua.

Contoh
Titik tengah kelas 51 – 53 adalah
Contoh
Tanda kelas 95 – 99 adalah

Untuk keperluan perhitungan-perhitungan statistik, semua observasi yang termasuk dalam suatu kelas dipandang menjadi milik atau diwakili oleh tanda kelasnya.
Contoh
Jika terdapat tiga orang yang berat badannya termasuk dalam kelas 51 – 53 kg, ketiga orang itu dipandang berat badannya masing-masing adalah 52 kg. Oleh karena itu, jika dicari berapa jumlah berat badan 3 orang yang termasuk dalam kelas 51 – 53 itu, tata kerja statistiknya adalah mengalikan frekwensi dengan tanda kelasnya, yaitu 3 x 52 kg = 156 kg.

Jumlah Kelas
Banyaknya kelas dalam distribusi disebut dengan jumlah kelas. Para ahli statistik menyarankan agar jumlah kelas yang dipakai tidak kurang dari 5 dan tidak perlu lebih dari 20. Pada umumnya para peneliti memakai jumlah kelas di antara 7 dan 15.

Jumlah kelas yang lebih dari 20 memberikan gambaran yang sangat jelas tentang ciri-ciri individu, tetapi tidak menunjukkan dengan tajam karakteristik grup. Sebaliknya jika jumlah kelas kurang dari 5, gambaran tentang karakteristik grup sangat menonjol, tetapi ciri-ciri individu menjadi kabur.

Tata Kerja Membuat Tabel Distribusi
Pada umumnya tata kerja membuat tabel distribusi adalah sebagai berikut:
(1)   Siapkan blanko tabulasi dengan kepala kolom:
a.       X (untuk interval kelas)
b.      Jari-jari (untuk menghitung frekwensi atau kelas)
c.       f (untuk menyalin frekwensi dalam bentuk jari-jari ke dalam frekwensi dalam bentuk angka).
(2)   Carilah angka yang tertinggi dan angka yang terendah, dan kurangkan. Beda antara angka yang tertinggi daengan angka yang terendah ini disebut range atau jarak nilai.
(3)   Bagi range itu menjadi sejumlah kelas yang layak (di antara 5 dan 20). Agar supaya tidak mempersulit pekerjaan-pekerjaan analisa ambil lebar kelas yang gasal (ganjil) seperti: 1, 3, 5, 7, dan sebagainya atau jika dimungkinkan ambil bilangan-bilangan kelipatan 5, seperti 10, 15, 25, dan sebagainya.
(4)   Masukkan kelas-kelas itu ke dalam kolom pertama blanko tabulasi, yaitu kolom “X”.
(5)   Hitung dengan jari-jari dan masukkan dalam kolom kedua blanko tabulasi semua frekwensi daripada bilangan-bilangan atau score yang termasuk dalam tiap-tiap kelas.
(6)   Hitung jari-jari dalam kolom kedua itu dan salin dalam angka dalam kolom ketiga, yaitu kolom “f”. Jumlah frekwensi dalam kolom ini harus cocok dengan jumlah individu dalam daftar yang asli.
(7)   Ganti blanko tabulasi itu dengan tabel distribusi yang sebenarnya. Dalam tabel distribusi kolom jari-jari tidak diperlukan sama sekali.

Ujilah tata kerja membuat tabel distribusi untuk data seperti yang ditunjukkan di bawah ini.


Distrubusi Frekwensi Kumulativ
Frekwensi kumulativ dari suatu kelas adalah frekwensi yang di hitung secara meningkat ke atas dari frekwensi kelas yang terbawa sampai kelas yang bersangkutan. Suatu tabel yang berisi frekwensi kumulativ di sebut tabel distribusi frekwensi kumulativ, disingkat distribusi frekwensi kumulativ, atau lebih singkat lagi distribusi kumulatif. Frekwensi kumulatif dari kelas yang teratas harus sama dengan jumlah frekwensi dalam distribusi.  

Contoh



Penghasilan Sebulan
f
fk
18.000 – 19.999
2
90
16.000 – 17.999
0
88
14.000 – 15.999
9
88
12.000 – 13.999
17
79
10.000 – 11.999
35
62
  8.000 – 9.999
8
27
  6.000 – 7.999
13
19
   4.000 – 5.999
6
6
       Total
90
-



    Choose :
  • OR
  • To comment