BAB
I
PENDAHULUAN
1.1Latar
Belakang
Salah satu aspek positif kemajuan dari
dunia penelitian yang ada di Indonesia, adalah muncul banyaknya para
peneliti-peneliti muda yang kini lebih kritis lagi dalam meneliti objek-objek
yang ada. Di Indonesia, banyak sekali para peneliti ataupun bukan peneliti yang
banyak melakukan sebuah riset guna memenuhi tugas ataupun sebagai pembuktian
dari sebuah kejadian. Yang dimana setiap penelitian tersebut biasanya
memerlukan sebuah pengujian agar nantinya mampu menjadi sebuah hasil ilmiah
yang benar-benar valid dan bersifat riel tanpa adanya kebohongan ataupun
ketidaknyataan yang mengesankan data yang diperoleh bersifat dibuat-buat. Agar
kajian kita bisa bersifat riel maka kita sebagai seorang peneliti harus menguji
terlebih dahulu hasil penelitian kita yang disebut dengan uji reabilitas.
Kebanyakan
dari kita mengira bahwa jika kita mempunyai kesimpulan dari hasil penelitian
kita terhadap kejadian-kejadian yang terbatas, maka kesimpulan itu berlaku
dengan sempurna untuk seluruh kejadian yang sejenis. Perkiraan semacam itu sama
sekali tidak benar dan sangat menyesatkan (Sutrisno, 1981). Nah untuk
menghindari hal-hal yang semacam itu maka kita harus melakukan reabilitas, yang
berguna untuk menunjukkaan kevalidtan dari hasil sebuah penelitian yang kita
lakukan.
Uji reliabilitas mampu menunjukkan tingkat kepercayaan terhadap sekor atau
tingkat kecocokan sekor dengan sekor sesungguhnya. Rebilitas ini bisa dicapai
melalui tingkat kecocokan di antara sekor pada lebih dari sekali pengukuran.
Jika makin cocok dengan sekor sesungguhnya maka makin tinggi tingkat reliabilitasnya.
Kalaupun ada ketidakcocokan itu merupakan kekeliruan yang acak. Jadi kemungkinan
munculnya kesalahan masih tetap ada, namun kemungkinan itu sangatlah kecit
sekali dan tidak akan banyak berpengaruh terhadap hasil akhir dari sebuah
pengujian.
1.2Pengertian
Reliabilitas,
atau keandalan merupakan konsistensi dari serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukran dari alat ukur yang
sama (tes dengan tes ulang akan memberikan hasil yang sama, atau untuk
pngukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang
mirip (reliabilitas antar penilai).
Pada penelitian reliabilitas tak
lepas dari ketergantungan (dependabiliti).
Konsep ketergantungan ini sangat berkaitan erat dengan keterandalan. Hasil dari
pengujian awal diharapkan akan konsisten dangan pengujian-pngujian berikutnya.
Hasil selalu berupa numerik dan tidak boleh berubah-ubah, karena merupakan karakteristik
dari proses ukuran.
Reliabilitas selalu
menunjukan keandalan instrument penelitiandalam berbagai bentuk,yakni hasil
pengujian yang sama jika dilakukan oleh orang yang berbeda (inter-penilai),
hasil pengujian yang sama jika dilakukan oleh orang yang sama dalam waktu berbeda
(pengetesan ulang),hasil pengujian yang sama jika dilakukan oleh orang yang
berbedadalam waktu yang bersamaan dengan tes yang berbeda (bentuk pralel), dan
hasil pengujian yang sama dengan menggunakan berbagai pernyatan-pernyataan
membangun (konsistensi internal).
1.3Tujuan
Mengkonsep
satu variable dengan jelas. Setiap pengukuran harus merujuk pada satu dan hanya
satu konsep /variable. Sebuah variable harus spesifik agar dapat
menguragiintervensi informasi dari variable lain. Menggunakan level pengukuran
yang tepat. Semakin tinggi atau semakin tepat level pengukuran, maka variable
yang dibuat akan semakin reliable karena informasi yang dimiliki semakin
mendetail.
Prinsip
dasarnya adalah mencoba melakukan pengukuran pada level paling tepat yang
mungkin diperoleh. Gunakan lebih dari satu indicator. Dengan adanya lebih dari
satu indikatoryang spesifik , peneliti dapat melakikan pengukuran dari range
yang lebih luas terhadapkonten definisi konseptual. Gunakan tes pilot, yakni
dengan membuat satu atau lebih draftatau dalam sebuah pengukuran sebelum menuju
ke tahap hipotesis (pretest). Dalam penggunaan pilot studies, prinsipnya adalah
mereplikasi pengukuran yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dari
literature-literatur yag berkaitan.
Selanjutnya,
pengukuran terdahulu dapat dipergunakan sebagai patokan dari pengukuran yang
dilakukan peneliti saat ini. Kualitas pengukuran dapat ditingkatkan dengan
berbagai cara sejauh definisi dan pemahaman yang digunakan oleh peneliti
kemudian tetap sama.
Pada konstruksi alat
ukur, perhitungan reliabilitas berguna untuk melakukan perbaikan pada alat ukur
yang dikonstruksi. Dimana perbaikan alat ukur dilakukan melalui analisis butir
untuk mengetahui butir mana yang perlu diperbaiki. Namun pada pengukuran
sesungguhnya, perhitungan reliabilitas dilakukan untuk memberi informasi
tentang kualitas sekor hasil ukur kepada mereka yang memerlukannya. Tentunya
perolehan tersebut bisa di jadikan acuan bagi peneliti untuk menghasilkan
penelitian yng bisa dipertanggung jawabkan di kemudian hari.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Jenis Reliabilitas
Dalam kaitanya dengan sebuah
penelitian, Reliabilitas dpat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Reliabilitas
Stabil (Stability Reliability)
Reliabilitas jenis ini mengacu pada
waktu. Maksudnya adalah untuk menentukan stabilitas, maka dilakukan tes ulang
pada vriabel yang sama namun pada waktu yang berlainan. Kemudian hasil dari
pengujian tersebut akan dibandingkan dan berkolerasi dengan pengujian awal
untuk memberikan stabilitas.
2. Reliabilitas
Terwakili (Representative Reliability)
Reliabilitas pada jenis ini mengacu
pada keterandalan masing-masing group. Dalam hal ini menguji apakah penyanpaian
indikator sama jawabannya dengan saat diterapkan ke kelompok yang berbeda-beda.
3. Reliabilitas
Seimbang (Equivalence Reliability)
Pada jenis ini menerapkan banyak
indicator yang dapat dioperasionalisasikan ke semua konsepsi pengukuran.
Sehingga kesetaraan keandalan akan meggunakan dua instrument untuk mengukur
konsep yang sama pada tingkat kesulitan yang sama. Kemudian bisa ditentukan
Reliabilitas atau tidaknya pengujian akan ditentukan dari hubungan dua skor
instrument, atau lebih dikenal dengan hubungan antara variable bebas
(independen variabel) dengan variable terikat (dependen variabel).
2.2 Indeks Reliabilitas
dan Koefisien Reliabilitas
Indeks reliabilitas
menggunakan simpangan baku sekor tulen T dan sekor amatan A; sekor tulen tidak
diketahui, sehingga cara ini tidak praktis. Dimana koefisien reliabilitas
menggunakan variasi sekor tulen t dan sekor amatan A atau menggunakan sekor
keliru K dan sekor amatan A. Namun koefisien reliabilitas juga menggunakan
koefisien korelasi di antara dua sekor (berasal dari kesamaan atau kesetaraan
pada alat ukur), sehingga cara ini praktis dan banyak digunakan. Ada banyak macam
koefisien reliabilitas bergantung kepada cara meggunakan kesamaan atau
kesetaraan pada alat ukur. Bisa disimpulkan bahwa koefisiensi reliabilitas
adalah koefisien korelasi dengan dirinya sendiri.
2.3 Koefisien
Reliabilias Stabilitas dan Ekivalensi
Ada tiga teknik dasar yang dapat
diterapkan oleh peneliti dalam menguji Reliabilitas suatu penelitian yaitu:
1. Teknik pengukuran ulang (test-retest)
Pada teknik ini testee yang sama
diminta menjawab pentanyaan dalam alat ukur sebanyak dua kali. Dimana selang
waktunyapun tidak terlalu dekat dan tidak terlalu lama (15 – 30 hari). Kemudian
barulah hasil pengukuran I dikorelasikan dengan pengukuran II. Apabila angka
korelasi melebihi angka kritik dalam tabel r, maka korelasi signifikan dari
pengukuran I dan pengukuran II konsisten dan alat ukurnya dapat dikatakan
reliable.
Ukur Selang waktu Ukur ulang
X ----------------- X
Pada
reliabilitas ini, dilihat apakah hasil ukur ulang masih mirip dengan hasil
ukur, apakah jawaban responden stabil sehingga dinamakan reliabilitas
stabilitas. Korelasi dilakukan pada sekor responden saja tanpa memperhatikan
komposisi butir. Komposisi butir boleh apa saja dengan sasaran yang tidak perlu
sama.
2. Teknik belah dua
Pada teknik ini, alat ukur yang
disusun harus punya banyak item (50 – 60) yang mengukur aspek yang sama. Dimana
alat ukur diujikan pada testee, kemudian dihitung validitas itemnya. Lalu item
yang valid dikumpulkan sedangkan yang tidak valid dibuang untuk kemudian dibagi
menjadi 2 bagian. Dari sini skor untuk masing-masing item pada tiap belahan
dijumlahkan dan akan menghasilkan skor total belahan I serta skor total belahan
II. Kemudian skor total belahan I dikorelasikan dengan skor total belahan II.
Maka akan diperoleh angka korelasi yang lebih rendah (karena dibelah), lalu
mencare angka relibilitas keseluruhan item tanpa dibelah. Ada beberapa pendapat
mengenai cara penentuan koefisien reliabilitas diantaranya adalah:
a.
Pilah Paruh (Spearman-Brown)
Keterangan:
r.tot = angka
reliabilitas keseluruhan item
r. tt = angka korelasi belahan I dan II
Pada reliabilitas ini,
ukur dan ukur setara disatukan di dalam satu alat ukur sehingga separuh alat
ukur adalah ukur dan separuh lagi adalah ukur satara. Karena itu
diperlukan syarat kedua pilahan itu harus setara sepasang demi sepasang serta
variansi mereka harus sama. Karena korelasi di antara pilahan baru mencakup
separuh sekor, maka koefisien reliabilitas perlu mencakup korelasi seluruh
sekor. Komposisi butir sudah mulai diperhatikan, boleh apa saja dengan sasaran
yang tidak perlu sama, asal terjadi berpasangan.
b.
Pilah Paruh (Rulon)
Rulon menggunakan
selisih di antara subsekor ganjil dan subsekor genap sebagai sumber kekeliruan.
Variansi dari selisih subsekor merupakan bagian keliru dari variansi seluruh
sekor. Jika selisih setiap subsekor adalah D, maka koefisien reliabilitas Rulon
adalah. Koefisien reliabilitas ini lebih mudah digunakan jika dibandingkan
dengan koefisien reliabilitas Spearman-Brown.
Rulon menganggap bahwa
variansi keliru terjadi pada selisih subsekor pilahan. Ini berarti seharusnya
(jika tanpa keliru) tidak ada selisih pada subsekor pilahan yakni butir di
dalam pilahan itu setara sepasang demi sepasang. Namun pasangan butir yang
berbeda boleh saja memiliki sasaran yang berbeda.
c.
Pilah
L (Rumus ramalan Spearman-Brown)
Alat ukur diperpanjang dengan pilah paruh yang setara
sehingga menjadi pilah L. Rumusnya adalah:
Pada reliabilitas ini, alat ukur terdiri atas L pilahan dan
semua pilahan adalah setara serta memiliki variansi yang sama. Kesetaraan dapat
dicapai dengan membuat nomor urut butir yang sama pada semua pilahan adalah
setara. Semua butir nomor 1 pada semua pilahan adalah setara. Demikian pula
dengan butir nomor 2, 3, dan seterusnya. Selain kesetaraan butir ini, komposisi
butir boleh apa saja. Perpanjangan alat ukur seperti ini meningkatkan koefisien
reliabilitas (diramalkan melalui rumus).
3. Teknik paralel (equivalent form)
Pada aspek ini, dibuat 2 jenis alat
ukur yang mengukur aspek yang sama. Alat ukur tersebut diujiakan pada testee
yang sama. Kemudian dicari validitas dari masing-masing jenis. Diamana untuk
mencari nilai reliabilitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor total dari
kedua alat ukur.
Ukur
|
Tanpa
atau dengan selang waktu
|
Ukur
serta
|
|||
X
|
-----------------
|
X
|
|||
Masalahnya adalah bagaimana
menentukan kesetaraan pengukuran atau ujian. Dimana koefisien reliabilitas
adalah koefisien korelasi linier di antara sekor ukur dengan sekor ukur setara.
Pada reliabilitas ini,
dilihat apakah hasil ukur setara masih mirip dengan hasil ukur, apakah jawaban
responden ekivalen sehingga dinamakan reliabilitas ekivalen. Dimana korelasi
dilakukan pada sekor responden saja tanpa memperhatikan komposisi butir. Komposisi
butir boleh apa saja dengan sasaran yang tidak perlu sama.
2.4
Koefisien Reliabilitas Konsistensi Internal
Banyak koefisien
reliabilitas Rulon
Pasangan pada setiap pilah paruh adalah
setara serta variansi kedua paruhan adalah sama. Karena semua kombinasi pilah
paruh digunakan, maka semua butir harus setara. Semua butir setara sehingga
dikenal sebagai konsistensi interna. Koefisien reliabilitas dari semua pilah
paruhan direratakan menghasilkan koefisien reliabilitas konsistensi internal. Di
sini dibicarakan dua macam koefisien reliabilitas konsistensi internal yakni:
1.
Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach
Pada koefisien ini yang harus kita
lakukan adalah dengan mensubstitusikan persamaan,
,
menjadi,
Sehingga,
nantinya didapatkan koefisien korelasi setiap pasang pilahan menjadi,
Dengan
demikian, semua butir adalah setara, dan koefisien reliabilitas (dikenal
sebagai alpha Cronbach) menjadi,
Pada
koefisien reliabilitas alpha Cronbach semua butir di dalam alat ukur supaya
setara. Sehingga jika interkorelasi di antara butir adalah rendah karena butir
kurang setara maka koefisien reliabilitas alpha Cronbach juga rendah. Karena
itu, koefisien reliabilitas alpha Cronbach dikenal juga sebagai koefisien reliabilitas
batas bawah (lower bound).
Namun
apabila distribusi probabilitas dari data sangat miring (skew), maka koefisien
reliabilitas Cronbach perlu dikoreksi. Sehingga, Modifikasi Horst terhadap koefisien
reliabilitas alpha Cronbach akan menghasilkan rumus perhitungan sebagai
berikut:
Keterangan: Rj
= peringkat sekor butir
2.
Koefisien reliabilitas Kuder-Richardson
Dalam
hal sekor adalah dikotomi, maka variansi butir dapat disederhanakan. Dengan
ketentuan bahwa semua butir adalah setara, koefisien reliabilitas
(Kuder-Richardson 20) menjadi,
Notasi 20 pada KR-20
adalah rumus ke-20 di dalam artikel mereka. Pada dasarnya, koefisien
reliabilitas KR-20 sama dengan koefisien reliabilitas alpha Cronbach. Koefisien
reliabilitas KR-20 lebih dahulu ditemukan daripada koefisien reliabilitas alpha
Cronbach.
Ciri dari Koefisien
Reliabilitas KR-20 yaitu, pada koefisien reliabilitas Kuder-Richardson 20,
seperti halnya pada koefisien reliabilitas alpha Cronbach, semua butir di dalam
alat ukur supaya setara. Sehingga jika interkorelasi di antara butir adalah
rendah karena butir kurang setara maka koefisien reliabilitas Kuder-Richardson
20 juga rendah. Karena itu, koefisien reliabilitas Kuder-Richardson 20 dikenal
juga sebagai koefisien reliabilitas batas bawah (lower bound).
Kemudian dilakukan
pentederhanaan pada koefisien reliabilitas Kuder-Richardson. Dimana Perhitungan Σpq pada rumus KR-20 dapat
disederhanakan melalui perhitungan rerata mereka.
Σ piqi = N mp mq
Dan dikenal dengan rumus:
Karena q = 1 – p, maka rumus itu dapat
ditulis menjadi,
Rumus perhitungan diatas menunjukkan
bahwa, karena melalui rerata maka rumus koefisien reliabilitas KR-21 kurang
teliti jika dibandingkan dengan rumus koefisien reliabilitas KR-20. Dengan
adanya kalkulator elektronik, maka sebaiknya kita menggunakan rumus koefisien
reliabilitas KR-20. Akan tetapi, untuk meningkatkan ketelitian pada rumus
koefisien reliabilitas KR-21, Pamela Wilson, Steven M. Downing, dan Robert Ebel
memperbaiki rumus koefisien reliabilitas KR-21. Di dalam tulisan mereka
berjudul “An Empirical Adjustment of the Kuder-Richardson 21 Reliability
Coefficient to Better Estimate the Kuder-Richardson 20 Coefficient” unpublished
manuscript, 1977.
Karena rKR-21
< rKR-20
maka diadakan koreksi dengan memperkecil rerata variansi butir. Sehingga
didapat rumus perhitungan sebagai berikut:
2.5
Koefisien Reliabilitas Melalui Analisis
Variansi
1. Dasar
reliabilitas
Pada dasarnya, cara ini
menemukan sekor keliru melalui analisis variansi. Variansi total terdiri atas
variansi responden, variansi butir, dan variansi keliru. Jika variansi
responden adalah s2res
dan variansi keliru adalah s2kel,
maka koefisien reliabilitas.
Selanjutnya
perhitungannya dilakukan melalui jumlah kuadrat dan derajat kebebasan di dalam
analisis variansi.
2. Variansi
Variansi
merupakan hasil bagi dari jumlah kuadrat (JK) terhadap derajat kebebasan (DK). Untuk
lebih memehami tentang gambaran mengenai pengertian dari variasi tersebut maka
kita dapat menggambarkannya kedalam bagan berikut ini :
kkkkkelbutbuty
|
Artinya dari bagan
diatas yaitu:
JKkel = JKtot
– JKres – JKbut
DKkel = DKtot
– DKres – DKbut
Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa,
Dari
persamaan diatas maka, diperoleh rumus perhitungan sebagai berikut:
Keterangan:
M = banyaknya responden
N = banyaknya butir
A = sekor responden
B = sekor butir
X = sekor satuan
2.6
Reliabilitas
pada Acuan Kriteria
1. Dasar Reliabilitas pada Acuan
Kritera
Acuan kriterianya adalah menetapkan
apakah responden belum atau sudah menguasai wilayah criteria. Dari sini
didapatkan reliabilitas berkenaan dengan keterpercayaan keputusan tentang belum
atau sudah menguasa. Sehingga, guna menetapkan tingkat reliabilitas, dilakukan
dua kali ujian untuk keputusan sehingga kecocokan di antara kedua keputusan itu
menentukan reliabilitas. Dimana ada dua macam reliabilitas yaitu berupa indeks
reliabilitas dan koefisien reliabilitas.
Indeks reliabilitas pada acuan
kiteria dilakukan melalui ujian ulang atau ujian setara, indeks reliabilitas
merupakan bagian yang konsisten di antara kedua ujian itu. Perhatikan tabel
dibawah ini.
Ujian 1
Ujian 2
|
Menguiasai
|
Tidak menguasai
|
Menguasai
|
a
|
b
|
TIdak menguasai
|
c
|
d
|
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa a dan d
konsisten sedangkan c dan b tidak konsisten. Jadi indeks reliabilitas
dapat ditulis sebagai berikut:
Sedangkan koefisien reliabilitas pada acuan ujian dilakukan
dua kali (ulang atau setara) dengan ujian pertama (f) dan ujian kedua (s) yang
kemudian menghasilkan dua hal yaitu menguasai (+) dan tidak menguasai (-).
Perhatikan tabel berikut ini:
Ujian 1
Ujian 2
|
+
|
_
|
+
|
b
|
s
|
-
|
f
|
n
|
Dari tabel di atas maka
didapatkan rumus perhitungan sebagai berikut:
Keterangan:
n = frekuensi –
pada ujian 1 dan 2
b = frekuensi +
pada ujian 1 dan 2
f = frekuensi
+ pada ujian 1 tetapi – pada ujian 2
s = frekuensi
– pada ujian 1 tetapi + pada ujian 2
v = terkecil
di antara f dan s
N = n + b + f + s
rrel = koefisien reliabilitas
2.7
Peranan Koefisien Reliabilitas
1. Reliabilitas
pada Selisih Sekor
Maksud dari reliabilitas pada
selisih sekor adalah sekor akhir ditentukan oleh selisih sekor 1 dan sekor 2
sementara setiap sekor memiliki koefisien reliabilitas masing-masing.
Ada beberapa kemungkinan untuk
memperoleh sekor 1 dan sekor 2 yaitu:
a.
Dua ujian waktu sama pada kelompok
responden yang sama
b.
Dua ujian beda waktu pada kelompok
responden yang sama
Sekor selisih = sekor 1 – sekor 2
Rumus Koefisien Reliabilitas
Selisih Sekor dimana koefisien reliabilitas selisih sekor ini diturunkan dari
koefisien reliabilitas masing-masing sekor asal.
Keterangan:
rSL = koefisien
reliabilitas selisih sekor
r11 = koefisien reliabilitas
sekor 1
r22 = koefisien
reliabilitas sekor 2
r12 = koefisien
korelasi di antara sekor 1 dan sekor 2
Dari rumus di atas diketahui bahwa
koefisien reliabilitas selisih sekor ditentukan oleh korelasi di antara kedua
sekor itu.
2. Reliabilitas
pada Gabungan Sekor (Komposit)
Reliabilitas pada gabungan sekor
(komposit) dipilah lagi menjadi dua yaitu, gabungan dua sekor dan gabungan k
sekor.
a.
Gabungan dua sekor
Pada
cara ini sekor akhir ditentukan oleh jumlah sekor 1 dan sekor 2 sementara
setiap sekor memiliki koefisien reliabilitas masing-masing. Dimana ada beberapa
kemungkinan untuk memperoleh sekor 1 dan sekor 2 yaitu:
•
Dua ujian waktu sama pada kelompok
responden yang sama
•
Dua ujian beda waktu pada kelompok
responden yang sama
Sekor jumlah = sekor 1 + sekor 2
Rumus
koefisien reliabilitas gabungan dua sekor dimana koefisien reliabilitas
gabungan dua sekor ini diturunkan dari koefisien reliabilitas masing-masing
sekor asal yaitu:
Keterangan:
rrel = koefisien reliabilitas jumlah sekor
r11 = koefisien reliabilitas sekor 1
r22 = koefisien reliabilitas sekor 2
r12 = koefisien korelasi di
antara sekor 1 dan 2
Dari rumus di atas bisa diketahui
bahwa makin besar koefisien korelasi r12
maka makin besar koefisien reliabilitas gabungan dua sekor.
b.
Gabungan k sekor
Pada
cara ini gabungan dua sekor kita perluas menjadi gabungan k sekor. Sehingga koefisien
reliabilitas meningkat menurut rumus berikut:
Keterangan:
rerata koefisien reliabilitas
rerata koefisien korelasi
Dari rumus perhitungan
di atas dapat diketahui bahwa peningkatan koefisien reliabilitas gabungan sekor
bergantung kepada besar kecilnya rerata koefisien korelasi di antara mereka.
Jadi semakin tinggi rerata koefisien korelasi makin tinggi pula koefisien
reliabilitas gabungan sekor karena seolah-olah alat ukur diperpanjang.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dengan adanya pengujian dari hasil sebuah penelitian
atau yang sering disebut dengan uji reliabilitas maka penelitian yang
dihasilkan akan memiliki sebuah mutu yang berkualitas. Karena penelitian yang sudah melalui uji penelitian sudah
dianggap bagus dan memenuhi standart.
Berikut adalah jenis-jenis uji reliabilitas yang
dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1.
Reliabilitas Stabil (Stability
Reliability)
2.
Reliabilitas Terwakili (Representative
Reliability)
3.
Reliabilitas Seimbang (Equivalence
Reliability)
Ada tiga teknik dasar yang dapat
diterapkan oleh peneliti dalam menguji Reliabilitas suatu penelitian yaitu:
1.
Teknik pengukuran ulang (test-retest)
2.
Teknik belah dua
3.
Teknik paralel (equivalent form)
Ada
dua Peranan Koefisien Reliabilitas yaitu :
1.
Reliabilitas pada Gabungan Sekor
(Komposit)
2.
Reliabilitas pada Selisih Sekor
Didalam
pengujian sebuah hasil penelitian juga diperlukan sebuah rumus-rumus untuk
menunjukkan bahwa hasil penelitian yang kita lakukan valid dan dapat
dipertanggung jawabkan.
3.2
Saran
Semoga dengan adanya makalah ini mampu membantu para
peneliti dalam pengujian setiap hasil penelitian yang dilakukannya.
Dan diharapkan dengan adanya makalah ini tidak hanya
berguna bagi para peneliti saja, namun bagi semua khalayak umum yang dimana
mampu menunjang dalam hal pendidikan dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar.Saifuddin, 2003, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta, Pustaka pelajar.
2. Sugiyono, 1998, Metode Penelitian Administrasi, CV Alfabeta, Bandung.
3. Sudarwan, Danim, 2000, Metode Penelitian untuk Prilaku. Jakarta : Bumi Aksara.
4. Zainuddin, M, 2000, Metodologi Penelitian, Surabaya, Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga.
5. Timpe, Dale, 1992, Ilmu dan Manajemen Bisnis, Elex Media Komputindo. Jakarta : Edisi
Pertama.
6. Umar, Husein, 1999, Riset Sumbber Daya Manusia dalam Organisasi, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta : Edisi Revisi dan Perluasan.
7. Mangkunegara, A.A.P, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT. Remaja Rosda,
Bandung.
8.
Moenir, H.A.S., 2001, Manajemen Pelayanan
Untum di Indonesia, Jakarta : Bina Aksara.