Perbedaan Entrepreneurship dengan Teknopreneurship
Saat membaca kata technopreneur
(teknopreneur, id.), kemungkinan besar pikiran kita akan tertuju pada dua hal,
teknologi dan entrepreneurship atau kewirausahaan. Ya, teknopreneur
memang didefinisikan sebagai entrepreneur yang mengoptimalkan segenap
potensi teknologi yang ada sebagai basis pengembangan bisnis yang
dijalankannya.
Namun, permasalahan mendasarnya adalah teknopreneur sendiri merupakan istilah yang masih asing di kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya. Kecuali bagi mereka yang terus mengikuti segenap perkembangan bisnis dunia. Selain itu, bagi mereka yang sudah mengenalnya pun masih ada yang salah kaprah memahaminya sebagai IT entrepreneur. (Fathoni, 2007)
Namun, permasalahan mendasarnya adalah teknopreneur sendiri merupakan istilah yang masih asing di kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya. Kecuali bagi mereka yang terus mengikuti segenap perkembangan bisnis dunia. Selain itu, bagi mereka yang sudah mengenalnya pun masih ada yang salah kaprah memahaminya sebagai IT entrepreneur. (Fathoni, 2007)
Teknopreneur terdapat pada bidang
pertanian misalnya, berupa pembuatan peralatan pertanian, penggunaan tenaga
binatang dalam mengolah lahan pertanian, pembuatan irigasi pertanian untuk
membantu mengalirkan air ke lahan pertanian. Lalu teknopreneur pada bidang
industri, yang dahulu sering disebuat revolusi industri, menemukan alat-alat
canggih yang dapat membantu peroses peroduksi. Alat-alat moderen mulai
diproduksi massal seperti kendaraan otomotif, perumahan, retail dan lain-lain.
Dan sekarang bisnis teknologi mulai digemari, contoh saja Bill Gate sebagai
salah satu pendiri Microsoft.
Apa yang membuat teknopreneur
berbeda dangan entrepreneur?, kata entrepreneur (bahasa Inggris)
yang berasal dari bahasa Perancis entreprendre yang sudah dikenal sejak
abad ke-17 The Concise Oxford French Dictionary mengartikan entrepreneur
sebagai to undertake (menjalankan, melakukan, berusaha), to set about
(memulai, menentukan), to begin (memulai) dan to attempt
(mencoba, berusaha). Kata entrepreneur atau wirausaha dalam bahasa Indonesia
merupakan gabungan dari kata wira (gagah, berani, perkasa) dan usaha (bisnis)
sehingga istilah entrepreneur dapat diartikan sebagai orang yang berani
atau perkasa dalam usaha/bisnis.( Nasution, Arman Hakim et al, 2007)
Entrepreneur
adalah seorang innovator yang menggabungkan teknologi yang berbeda dan
konsep-konsep bisnis untuk menghasilkan barang atau jasa baru yang mampu
mengenali setiap kesempatan yang menguntungkan, menyusun strategi dan yang
berhasil menerapkan ide-idenya. Entrepreneur bukanlah sekedar pedagang, namun bermakna
jauh lebih dalam, yaitu berkenaan dengan mental manusia, rasa percaya diri,
efisiensi, kreativitas, ketabahan, keuletan, kesungguhan dan moralitas dalam
menjalankan usaha mandiri.
Ada sedikit perbedaan antara entrepreneur
dengan teknopreneur, meskipun esensinya sama. Seseorang bisa disebut “Entrepreneur
Sukses” apabila secara ekonomi ia mampu memberikan nilai tambah ekonomis
bagi komoditas yang dijual sehingga mampu menciptakan kesejahteraan bagi
dirinya.
Dengan demikian, mereka yang
digolongkan sebagai entrepreneur sukses adalah yang termasuk pensuplay
produk bagi kebutuhan pasar pemerintah (supplier pemerintah), pensuplay
kebutuhan pasar masyarakat (pedagang), ataupun pengusaha yang bergerak di
sektor jasa dengan sifat persaingan pasar yang cenderung monopolistik hingga ke
persaingan bebas (komoditi).
Berbeda dengan entrepreneur
diatas, teknopreneur dibangun berdasarkan keahlian yang berbasis pada
pendidikan dan pelatihan yang didapatkannya di bangku perkuliahan ataupun dari
percobaan. Mereka menggunakan teknologi sebagai unsur utama pengembangan produk
suksesnya, bukan sekedar jaringan, lobi dan pemilihan pasar secara demografis.
Mereka yang disebut teknopreneur adalah seorang “Entrepreneur Modern”
yang berbasis teknologi. Inovasi dan kreativitas sangat mendominasi mereka
untuk menghasilkan produk yang unggulan sebagai dasar pembangunan ekonomi
bangsa berbasis pengetahuan (Knowledge Based Economic).( Nasution, Arman Hakim et al, 2007)
Perbedaan Entrepreneur dan Teknopreneur
Usaha Kecil
|
Entrepreneur
|
Teknopreneur
|
|
Motivasi
|
-Sumber hidup
-Tingkat
keamanan
-Bekerja
sendiri
-Ide khusus
-Personaliti pemilik
|
-Motivasi
mendominasi
-Ide dan
konsep
-Eksploitasi kesempatan
-Akumulasi kekayaan
|
-Pola pikir revolusioner
-Kompetisi
dan resiko
-sukses dengan
teknologi baru
-Finansial,
nama harum
|
Kepemilikan
|
-Pendiri/rekan bisnis
|
-saham pengendali
-Maksimalisasi keuntungan
|
-Penguasaan pasar
-Saham kecil
dari kue besar
-Nilai perusahaan terus bertambah
|
Gaya Manajerial
|
-Trial dan error
-Lebih personal
-Orientasi local
-Menghindari
resiko
-Arus kas
stabil
|
-Mengikuti
pengalaman
-Profesionalisme
-Resiko pada
menejeman
|
-Pengalaman
terbatas
-Fleksibel
-Target
strategi global
-Inovasi produk berkelanjutan
|
Kepemimpinan
|
-Jalan hidup
-Hubungan
baik
-Dengan contoh
-Kolaborasi
-Kemenangan kecil
|
-Otoritas tinggi
-Kekuatan lobi
-Imbalan untuk kontribusi
-manajemen baru
|
-Perjuangan kolektif
-Sukses masa
depan visioner
-Membagi kemajuan bisnis
-Menghargai kontribusi dan
pencapaian
|
R&D dan Inovasi
|
-Mempertahankan bisnis
-Pemilik
bertanggung jawab
-Siklus waktu yang lama
-Akumulasi teknologi sangat kecil
|
-Bukan prioritas utama, kesulitas
mendapatkan penelitian
-Mengandalkan franchise, lisensi
|
-Memimpin
dalan riset dan inovasi, IT, biotek global
-Akses ke
sumber teknologi
-Bakat sangat
tinggi
-Kecepatan peluncuran produk ke
pasar
|
Outsourcing dan Jaringan Kerja
|
-Sederhana
-Lobi bisnis langsung
|
-Penting tapi
sulit mendapatkan tenaga ahli
-Kemampuan umum
-Tidak selalu tersedia pada
tingkat global
|
-Pengembangan bersama tim
outsourcing
-Banyak penawaran
-Science and technology park
|
Potensial Pertumbuhan
|
-Siklus ekonomi
-Stabil
|
-Penetrasi nasional cepat, global
lambat
-Pemimpin pasar dalam waktu
singkat dengan proteksi, monopoli, ologopoli
|
-Pasar
berubah dengan teknologi baru
-Akuisi
teknologi baru
-Aliansi
global untuk mempertahankan pertumbuhan
|
Target Pasar
|
-Lokal
-Kompetisi dengan produk di pasar
-Penekanan biaya
|
-Penguasaan
pasar nasional
-Penetrasi
pasar mamakan waktu lama
-Produk baru
untuk pelanggan baru
|
-Pasar global sejak awal
-jaringan science and tech.park
-penekanan time to market, presale
dan postsale.
-Mendidik konsumen teknologi baru
|
Sumber : Amir Sambodo,Makalah Seminar Pengembangan
Teknopreneurship
Jakarta, 10 Agustus 2006
Teknopreneur adalah pengusahan yang membangun bisnisnya
berdasarkan keahliannya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
menghasilkan prosuk inovatif yang berguna tidak hanya bagi dirinya, tetapi bagi
kesejahteraan bangsa dan negaranya.
Kisah Sukses Google: Kisah Sukses Kewirausahaan Berbasis
Teknologi
Mesin pencari situs di internet,
yakni google, didirikan oleh Page dan Brian dari sebuah proyek penelitian
tingkat doctoral di Universitas Stanford pada pertengahan 90-an. Tahun 1998,
Page dan Brian berhasil meyakinkkan seorang investor untuk menanamkan modal USD
100 USD di tengah ketidakpercayaan investor ventura akan prospek internet.
Tersedianya modal kepercayaan investor tersebut memungkinkan keduanya untuk
mempu menarik modal kawan-kawan dan keluarganya hingga meraih modal USD 1 juta.
Bermodalkan kepercayaan tersebut,
keduanya kemudian mengembangkan Google menjadi mesin pencari utama. Gaya
manajemennya yang unik, yaitu main-main, santai tapi serius, mewarnai kantor
pusat Googleplex yang didesain meriah, dengan aneka cemilan pada tempat
strategis, sarana bilyar atau berenang, hingga beberapa karyawan yang hilir
mudik dengan skateboard. Konsep Page dan Brian adalah karyawan yang ceria dan
bahagia. Disamping itu, mereka juga membagi opsi saham secara royal kepada
karyawanya sehingga para karyawan seakan-akan bekerja untuk dirinya sendiri.
Manajemen gaya dua anak muda yang
suka pesta dan makan enak tersebut ternyata membentuk Microsoft. Banyak
karyawan Microsoft yang berduyun-duyun berpindah ke Google sehingga seakan-akan
Microsoft hanya menjadi biro tenaga kerja yang siap pakai untuk disalurkan ke
Google. Hingga tahun 2006, lulusan terbaik universitas Mapan di As mematok
Google sebagai pilihan teratas untuk meniti karier (Sumber: David A Vise dan Mark
Malseed, Kisah sukses Google, 2006).
Dalam teknopreneur peniruan semakin
cepat terjadi, hal ini mengakibatkan siklus hidup produk semakin pendek. Produk
berteknologi tinggi seperti elektronik yang dulunya baru bisa ditiru dalam 1
tahun, sekarang telah mampu ditiru hanya dalam 2 bulan bahkan hanya dalam
beberapa minggu.
Oleh karena itu, kecepatan
peluncuran inovasi produk menjadi kekuatan perusahaan yang menjadi market
leadership. Di bidang elektronik kita mengenal Sony sebagai pelopor teknologi,
sedangkan di bidang musik entertain kita mengenal Apple. Mengingat akan hal
tersebut, pengembangan produk akan mengarah kepada trend penggunaan “concurrent
engineering” untuk mempercepat peluncuran produk baru.
Pentingnya Inovasi dalam Teknopreneurship.
Salah satu hal yang penting dalam teknopreneur
ialah inovasi. Inovasi adalah pengenalan sesuatu yang baru dan bermanfaat.
Orang yang inovatif ditandai oleh kecendrungan untuk memperkenalkan gagasan,
metode, peralatan prosedur dan produk/jasa baru yang lebih baik atau lebih
bermanfaat.
Inovasi merupakan kelanjutan dari
penemuan yaitu kegiatan kreatif untuk menciptakan suatu konsep baru untuk
dengan manfaat dan kebutuhan yang baru. Dalam teknopreneur hasil inovasi ini
kemudian diwujudkan dan diimplementasikan menjadi suatu bisnis yang sukses.
Inovasi adalah suatu fungsi khusus
dari teknopreneurship, yakni kegiatan yang membawa sumber daya dengan kepasitas
baru untuk menciptakan kesejahteraan. Inovasi merupakan pekerjaan
terorganisasi, sistematis, rasional, bersifat konseptual dan perseptual. Hal
terpenting dari suatu inovasi adalah gagasan, penerapan dan kegunaan. Dan yang
terpenting adalah apakah seorang wirausahawan mampu untuk menangkap sebuah
inovasi teknologi menjadi sebuah usaha/bisnis. Era baru kesuksesan bisnis saat
ini adalah menjadi seorang teknopreneur.