Recent Posts

Makalah Reliabilitas

 


BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Salah satu aspek positif kemajuan dari dunia penelitian yang ada di Indonesia, adalah muncul banyaknya para peneliti-peneliti muda yang kini lebih kritis lagi dalam meneliti objek-objek yang ada. Di Indonesia, banyak sekali para peneliti ataupun bukan peneliti yang banyak melakukan sebuah riset guna memenuhi tugas ataupun sebagai pembuktian dari sebuah kejadian. Yang dimana setiap penelitian tersebut biasanya memerlukan sebuah pengujian agar nantinya mampu menjadi sebuah hasil ilmiah yang benar-benar valid dan bersifat riel tanpa adanya kebohongan ataupun ketidaknyataan yang mengesankan data yang diperoleh bersifat dibuat-buat. Agar kajian kita bisa bersifat riel maka kita sebagai seorang peneliti harus menguji terlebih dahulu hasil penelitian kita yang disebut dengan uji reabilitas.
Kebanyakan dari kita mengira bahwa jika kita mempunyai kesimpulan dari hasil penelitian kita terhadap kejadian-kejadian yang terbatas, maka kesimpulan itu berlaku dengan sempurna untuk seluruh kejadian yang sejenis. Perkiraan semacam itu sama sekali tidak benar dan sangat menyesatkan (Sutrisno, 1981). Nah untuk menghindari hal-hal yang semacam itu maka kita harus melakukan reabilitas, yang berguna untuk menunjukkaan kevalidtan dari hasil sebuah penelitian yang kita lakukan.
Uji reliabilitas mampu menunjukkan  tingkat kepercayaan terhadap sekor atau tingkat kecocokan sekor dengan sekor sesungguhnya. Rebilitas ini bisa dicapai melalui tingkat kecocokan di antara sekor pada lebih dari sekali pengukuran. Jika makin cocok dengan sekor sesungguhnya maka makin tinggi tingkat reliabilitasnya. Kalaupun ada ketidakcocokan itu merupakan kekeliruan yang acak. Jadi kemungkinan munculnya kesalahan masih tetap ada, namun kemungkinan itu sangatlah kecit sekali dan tidak akan banyak berpengaruh terhadap hasil akhir dari sebuah pengujian.

1.2Pengertian
Reliabilitas, atau keandalan merupakan konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pngukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai).
Pada penelitian reliabilitas tak lepas dari ketergantungan (dependabiliti). Konsep ketergantungan ini sangat berkaitan erat dengan keterandalan. Hasil dari pengujian awal diharapkan akan konsisten dangan pengujian-pngujian berikutnya. Hasil selalu berupa numerik dan tidak boleh berubah-ubah, karena merupakan karakteristik dari proses ukuran.
Reliabilitas selalu menunjukan keandalan instrument penelitiandalam berbagai bentuk,yakni hasil pengujian yang sama jika dilakukan oleh orang yang berbeda (inter-penilai), hasil pengujian yang sama jika dilakukan oleh orang yang sama dalam waktu berbeda (pengetesan ulang),hasil pengujian yang sama jika dilakukan oleh orang yang berbedadalam waktu yang bersamaan dengan tes yang berbeda (bentuk pralel), dan hasil pengujian yang sama dengan menggunakan berbagai pernyatan-pernyataan membangun (konsistensi internal).
1.3Tujuan
Mengkonsep satu variable dengan jelas. Setiap pengukuran harus merujuk pada satu dan hanya satu konsep /variable. Sebuah variable harus spesifik agar dapat menguragiintervensi informasi dari variable lain. Menggunakan level pengukuran yang tepat. Semakin tinggi atau semakin tepat level pengukuran, maka variable yang dibuat akan semakin reliable karena informasi yang dimiliki semakin mendetail.
Prinsip dasarnya adalah mencoba melakukan pengukuran pada level paling tepat yang mungkin diperoleh. Gunakan lebih dari satu indicator. Dengan adanya lebih dari satu indikatoryang spesifik , peneliti dapat melakikan pengukuran dari range yang lebih luas terhadapkonten definisi konseptual. Gunakan tes pilot, yakni dengan membuat satu atau lebih draftatau dalam sebuah pengukuran sebelum menuju ke tahap hipotesis (pretest). Dalam penggunaan pilot studies, prinsipnya adalah mereplikasi pengukuran yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dari literature-literatur yag berkaitan.
Selanjutnya, pengukuran terdahulu dapat dipergunakan sebagai patokan dari pengukuran yang dilakukan peneliti saat ini. Kualitas pengukuran dapat ditingkatkan dengan berbagai cara sejauh definisi dan pemahaman yang digunakan oleh peneliti kemudian tetap sama.
Pada konstruksi alat ukur, perhitungan reliabilitas berguna untuk melakukan perbaikan pada alat ukur yang dikonstruksi. Dimana perbaikan alat ukur dilakukan melalui analisis butir untuk mengetahui butir mana yang perlu diperbaiki. Namun pada pengukuran sesungguhnya, perhitungan reliabilitas dilakukan untuk memberi informasi tentang kualitas sekor hasil ukur kepada mereka yang memerlukannya. Tentunya perolehan tersebut bisa di jadikan acuan bagi peneliti untuk menghasilkan penelitian yng bisa dipertanggung jawabkan di kemudian hari.













BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis Reliabilitas
                   Dalam kaitanya dengan sebuah penelitian, Reliabilitas dpat dibagi menjadi tiga yaitu:
1.    Reliabilitas Stabil (Stability Reliability)
Reliabilitas jenis ini mengacu pada waktu. Maksudnya adalah untuk menentukan stabilitas, maka dilakukan tes ulang pada vriabel yang sama namun pada waktu yang berlainan. Kemudian hasil dari pengujian tersebut akan dibandingkan dan berkolerasi dengan pengujian awal untuk memberikan stabilitas.
2.    Reliabilitas Terwakili (Representative Reliability)
Reliabilitas pada jenis ini mengacu pada keterandalan masing-masing group. Dalam hal ini menguji apakah penyanpaian indikator sama jawabannya dengan saat diterapkan ke kelompok yang berbeda-beda.
3.    Reliabilitas Seimbang (Equivalence Reliability)
Pada jenis ini menerapkan banyak indicator yang dapat dioperasionalisasikan ke semua konsepsi pengukuran. Sehingga kesetaraan keandalan akan meggunakan dua instrument untuk mengukur konsep yang sama pada tingkat kesulitan yang sama. Kemudian bisa ditentukan Reliabilitas atau tidaknya pengujian akan ditentukan dari hubungan dua skor instrument, atau lebih dikenal dengan hubungan antara variable bebas (independen variabel) dengan variable terikat (dependen variabel).
2.2 Indeks Reliabilitas dan Koefisien Reliabilitas
Indeks reliabilitas menggunakan simpangan baku sekor tulen T dan sekor amatan A; sekor tulen tidak diketahui, sehingga cara ini tidak praktis. Dimana koefisien reliabilitas menggunakan variasi sekor tulen t dan sekor amatan A atau menggunakan sekor keliru K dan sekor amatan A. Namun koefisien reliabilitas juga menggunakan koefisien korelasi di antara dua sekor (berasal dari kesamaan atau kesetaraan pada alat ukur), sehingga cara ini praktis dan banyak digunakan. Ada banyak macam koefisien reliabilitas bergantung kepada cara meggunakan kesamaan atau kesetaraan pada alat ukur. Bisa disimpulkan bahwa koefisiensi reliabilitas adalah koefisien korelasi dengan dirinya sendiri.
2.3 Koefisien Reliabilias Stabilitas dan Ekivalensi
Ada tiga teknik dasar yang dapat diterapkan oleh peneliti dalam menguji Reliabilitas suatu penelitian yaitu:
1.    Teknik pengukuran ulang (test-retest)
Pada teknik ini testee yang sama diminta menjawab pentanyaan dalam alat ukur sebanyak dua kali. Dimana selang waktunyapun tidak terlalu dekat dan tidak terlalu lama (15 – 30 hari). Kemudian barulah hasil pengukuran I dikorelasikan dengan pengukuran II. Apabila angka korelasi melebihi angka kritik dalam tabel r, maka korelasi signifikan dari pengukuran I dan pengukuran II konsisten dan alat ukurnya dapat dikatakan reliable.
           Ukur       Selang waktu      Ukur ulang
              X          -----------------              X
Pada reliabilitas ini, dilihat apakah hasil ukur ulang masih mirip dengan hasil ukur, apakah jawaban responden stabil sehingga dinamakan reliabilitas stabilitas. Korelasi dilakukan pada sekor responden saja tanpa memperhatikan komposisi butir. Komposisi butir boleh apa saja dengan sasaran yang tidak perlu sama.
2.    Teknik belah dua
Pada teknik ini, alat ukur yang disusun harus punya banyak item (50 – 60) yang mengukur aspek yang sama. Dimana alat ukur diujikan pada testee, kemudian dihitung validitas itemnya. Lalu item yang valid dikumpulkan sedangkan yang tidak valid dibuang untuk kemudian dibagi menjadi 2 bagian. Dari sini skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan dan akan menghasilkan skor total belahan I serta skor total belahan II. Kemudian skor total belahan I dikorelasikan dengan skor total belahan II. Maka akan diperoleh angka korelasi yang lebih rendah (karena dibelah), lalu mencare angka relibilitas keseluruhan item tanpa dibelah. Ada beberapa pendapat mengenai cara penentuan koefisien reliabilitas diantaranya adalah:
a.       Pilah Paruh (Spearman-Brown)
Keterangan:
r.tot  = angka reliabilitas keseluruhan item
r. tt    =  angka korelasi belahan I dan II
Pada reliabilitas ini, ukur dan ukur setara disatukan di dalam satu alat ukur sehingga separuh alat ukur adalah ukur dan separuh lagi adalah ukur satara. Karena itu diperlukan syarat kedua pilahan itu harus setara sepasang demi sepasang serta variansi mereka harus sama. Karena korelasi di antara pilahan baru mencakup separuh sekor, maka koefisien reliabilitas perlu mencakup korelasi seluruh sekor. Komposisi butir sudah mulai diperhatikan, boleh apa saja dengan sasaran yang tidak perlu sama, asal terjadi berpasangan.
b.      Pilah Paruh (Rulon)
Rulon menggunakan selisih di antara subsekor ganjil dan subsekor genap sebagai sumber kekeliruan. Variansi dari selisih subsekor merupakan bagian keliru dari variansi seluruh sekor. Jika selisih setiap subsekor adalah D, maka koefisien reliabilitas Rulon adalah. Koefisien reliabilitas ini lebih mudah digunakan jika dibandingkan dengan koefisien reliabilitas Spearman-Brown.
Rulon menganggap bahwa variansi keliru terjadi pada selisih subsekor pilahan. Ini berarti seharusnya (jika tanpa keliru) tidak ada selisih pada subsekor pilahan yakni butir di dalam pilahan itu setara sepasang demi sepasang. Namun pasangan butir yang berbeda boleh saja memiliki sasaran yang berbeda.
c.       Pilah L (Rumus ramalan Spearman-Brown)
Alat ukur diperpanjang dengan pilah paruh yang setara sehingga menjadi pilah L. Rumusnya adalah:
Pada reliabilitas ini, alat ukur terdiri atas L pilahan dan semua pilahan adalah setara serta memiliki variansi yang sama. Kesetaraan dapat dicapai dengan membuat nomor urut butir yang sama pada semua pilahan adalah setara. Semua butir nomor 1 pada semua pilahan adalah setara. Demikian pula dengan butir nomor 2, 3, dan seterusnya. Selain kesetaraan butir ini, komposisi butir boleh apa saja. Perpanjangan alat ukur seperti ini meningkatkan koefisien reliabilitas (diramalkan melalui rumus).
3.    Teknik paralel (equivalent form)
Pada aspek ini, dibuat 2 jenis alat ukur yang mengukur aspek yang sama. Alat ukur tersebut diujiakan pada testee yang sama. Kemudian dicari validitas dari masing-masing jenis. Diamana untuk mencari nilai reliabilitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor total dari kedua alat ukur.

Ukur
Tanpa atau dengan selang waktu
Ukur serta

X
-----------------            
X







Masalahnya adalah bagaimana menentukan kesetaraan pengukuran atau ujian. Dimana koefisien reliabilitas adalah koefisien korelasi linier di antara sekor ukur dengan sekor ukur setara.
Pada reliabilitas ini, dilihat apakah hasil ukur setara masih mirip dengan hasil ukur, apakah jawaban responden ekivalen sehingga dinamakan reliabilitas ekivalen. Dimana korelasi dilakukan pada sekor responden saja tanpa memperhatikan komposisi butir. Komposisi butir boleh apa saja dengan sasaran yang tidak perlu sama.
2.4 Koefisien Reliabilitas Konsistensi Internal





Banyak koefisien reliabilitas Rulon
Pasangan pada setiap pilah paruh adalah setara serta variansi kedua paruhan adalah sama. Karena semua kombinasi pilah paruh digunakan, maka semua butir harus setara. Semua butir setara sehingga dikenal sebagai konsistensi interna. Koefisien reliabilitas dari semua pilah paruhan direratakan menghasilkan koefisien reliabilitas konsistensi internal. Di sini dibicarakan dua macam koefisien reliabilitas konsistensi internal yakni:
1.    Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach
Pada koefisien ini yang harus kita lakukan adalah dengan mensubstitusikan persamaan,
  ,                                   

menjadi,

 

Sehingga, nantinya didapatkan koefisien korelasi setiap pasang pilahan menjadi,

Dengan demikian, semua butir adalah setara, dan koefisien reliabilitas (dikenal sebagai alpha Cronbach) menjadi,


Pada koefisien reliabilitas alpha Cronbach semua butir di dalam alat ukur supaya setara. Sehingga jika interkorelasi di antara butir adalah rendah karena butir kurang setara maka koefisien reliabilitas alpha Cronbach juga rendah. Karena itu, koefisien reliabilitas alpha Cronbach dikenal juga sebagai koefisien reliabilitas batas bawah (lower bound).
Namun apabila distribusi probabilitas dari data sangat miring (skew), maka koefisien reliabilitas Cronbach perlu dikoreksi. Sehingga,  Modifikasi Horst terhadap koefisien reliabilitas alpha Cronbach akan menghasilkan rumus perhitungan sebagai berikut:





Keterangan:     Rj  = peringkat sekor butir
2.    Koefisien reliabilitas Kuder-Richardson
Dalam hal sekor adalah dikotomi, maka variansi butir dapat disederhanakan. Dengan ketentuan bahwa semua butir adalah setara, koefisien reliabilitas (Kuder-Richardson 20) menjadi,
Notasi 20 pada KR-20 adalah rumus ke-20 di dalam artikel mereka. Pada dasarnya, koefisien reliabilitas KR-20 sama dengan koefisien reliabilitas alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas KR-20 lebih dahulu ditemukan daripada koefisien reliabilitas alpha Cronbach.
Ciri dari Koefisien Reliabilitas KR-20 yaitu, pada koefisien reliabilitas Kuder-Richardson 20, seperti halnya pada koefisien reliabilitas alpha Cronbach, semua butir di dalam alat ukur supaya setara. Sehingga jika interkorelasi di antara butir adalah rendah karena butir kurang setara maka koefisien reliabilitas Kuder-Richardson 20 juga rendah. Karena itu, koefisien reliabilitas Kuder-Richardson 20 dikenal juga sebagai koefisien reliabilitas batas bawah (lower bound).
Kemudian dilakukan pentederhanaan pada koefisien reliabilitas Kuder-Richardson. Dimana Perhitungan Σpq pada rumus KR-20 dapat disederhanakan melalui perhitungan rerata mereka.
Σ piqi = N mp mq
Dan dikenal dengan rumus:

Karena q = 1 – p, maka rumus itu dapat ditulis menjadi,



Rumus perhitungan diatas menunjukkan bahwa, karena melalui rerata maka rumus koefisien reliabilitas KR-21 kurang teliti jika dibandingkan dengan rumus koefisien reliabilitas KR-20. Dengan adanya kalkulator elektronik, maka sebaiknya kita menggunakan rumus koefisien reliabilitas KR-20. Akan tetapi, untuk meningkatkan ketelitian pada rumus koefisien reliabilitas KR-21, Pamela Wilson, Steven M. Downing, dan Robert Ebel memperbaiki rumus koefisien reliabilitas KR-21. Di dalam tulisan mereka berjudul “An Empirical Adjustment of the Kuder-Richardson 21 Reliability Coefficient to Better Estimate the Kuder-Richardson 20 Coefficient” unpublished manuscript, 1977.
Karena rKR-21 < rKR-20 maka diadakan koreksi dengan memperkecil rerata variansi butir. Sehingga didapat rumus perhitungan sebagai berikut:


2.5  Koefisien Reliabilitas Melalui Analisis Variansi
1.    Dasar reliabilitas
Pada dasarnya, cara ini menemukan sekor keliru melalui analisis variansi. Variansi total terdiri atas variansi responden, variansi butir, dan variansi keliru. Jika variansi responden adalah s2res dan variansi keliru adalah s2kel, maka koefisien reliabilitas.
Selanjutnya perhitungannya dilakukan melalui jumlah kuadrat dan derajat kebebasan di dalam analisis variansi.
2.    Variansi
Variansi merupakan hasil bagi dari jumlah kuadrat (JK) terhadap derajat kebebasan (DK). Untuk lebih memehami tentang gambaran mengenai pengertian dari variasi tersebut maka kita dapat menggambarkannya kedalam bagan berikut ini :



kkkkkelbutbuty
 





Artinya dari bagan diatas yaitu:
JKkel = JKtot – JKres – JKbut
DKkel = DKtot – DKres – DKbut
Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa,

Dari persamaan diatas maka, diperoleh rumus perhitungan sebagai berikut:


Keterangan:
M = banyaknya responden
N = banyaknya butir
A = sekor responden
B = sekor butir
X = sekor satuan

2.6  Reliabilitas pada Acuan Kriteria
1.    Dasar Reliabilitas pada Acuan Kritera
            Acuan kriterianya adalah menetapkan apakah responden belum atau sudah menguasai wilayah criteria. Dari sini didapatkan reliabilitas berkenaan dengan keterpercayaan keputusan tentang belum atau sudah menguasa. Sehingga, guna menetapkan tingkat reliabilitas, dilakukan dua kali ujian untuk keputusan sehingga kecocokan di antara kedua keputusan itu menentukan reliabilitas. Dimana ada dua macam reliabilitas yaitu berupa indeks reliabilitas dan koefisien reliabilitas.
            Indeks reliabilitas pada acuan kiteria dilakukan melalui ujian ulang atau ujian setara, indeks reliabilitas merupakan bagian yang konsisten di antara kedua ujian itu. Perhatikan tabel dibawah ini.

         Ujian 1
Ujian 2
Menguiasai
Tidak menguasai
Menguasai
a
b
TIdak menguasai
c
d

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa a dan d konsisten sedangkan c dan b tidak konsisten. Jadi indeks reliabilitas  dapat ditulis sebagai berikut:
            
Sedangkan koefisien reliabilitas pada acuan ujian dilakukan dua kali (ulang atau setara) dengan ujian pertama (f) dan ujian kedua (s) yang kemudian menghasilkan dua hal yaitu menguasai (+) dan tidak menguasai (-). Perhatikan tabel berikut ini:
Ujian 1
Ujian 2
+
_
+
b
s
-
f
n

Dari tabel di atas maka didapatkan rumus perhitungan sebagai berikut:
Keterangan:
n = frekuensi –  pada ujian 1 dan 2
b = frekuensi +  pada ujian 1 dan 2
f =  frekuensi +  pada ujian 1 tetapi – pada ujian 2
s =  frekuensi – pada ujian 1 tetapi + pada ujian 2
v =  terkecil di antara f dan s
N = n + b + f + s
rrel  = koefisien reliabilitas
2.7  Peranan Koefisien Reliabilitas
1.    Reliabilitas pada Selisih Sekor
Maksud dari reliabilitas pada selisih sekor adalah sekor akhir ditentukan oleh selisih sekor 1 dan sekor 2 sementara setiap sekor memiliki koefisien reliabilitas masing-masing.
Ada beberapa kemungkinan untuk memperoleh sekor 1 dan sekor 2 yaitu:
a.       Dua ujian waktu sama pada kelompok responden yang sama
b.      Dua ujian beda waktu pada kelompok responden yang sama
           Sekor selisih = sekor 1 – sekor 2
Rumus Koefisien Reliabilitas Selisih Sekor dimana koefisien reliabilitas selisih sekor ini diturunkan dari koefisien reliabilitas masing-masing sekor asal.
Keterangan:
rSL = koefisien reliabilitas selisih sekor
r11 = koefisien reliabilitas sekor 1
r22 = koefisien reliabilitas sekor 2
r12 = koefisien korelasi di antara sekor 1 dan sekor 2
          
Dari rumus di atas diketahui bahwa koefisien reliabilitas selisih sekor ditentukan oleh korelasi di antara kedua sekor itu.
2.    Reliabilitas pada Gabungan Sekor (Komposit)
Reliabilitas pada gabungan sekor (komposit) dipilah lagi menjadi dua yaitu, gabungan dua sekor dan gabungan k sekor.
a.       Gabungan dua sekor
Pada cara ini sekor akhir ditentukan oleh jumlah sekor 1 dan sekor 2 sementara setiap sekor memiliki koefisien reliabilitas masing-masing. Dimana ada beberapa kemungkinan untuk memperoleh sekor 1 dan sekor 2 yaitu:
         Dua ujian waktu sama pada kelompok responden yang sama
         Dua ujian beda waktu pada kelompok responden yang sama
     Sekor jumlah = sekor 1 + sekor 2
Rumus koefisien reliabilitas gabungan dua sekor dimana koefisien reliabilitas gabungan dua sekor ini diturunkan dari koefisien reliabilitas masing-masing sekor asal yaitu:
 Keterangan:
rrel  = koefisien reliabilitas jumlah sekor
r11  = koefisien reliabilitas sekor 1
r22  = koefisien reliabilitas sekor 2
r12   = koefisien korelasi di antara sekor 1 dan 2
Dari rumus di atas bisa diketahui bahwa makin besar koefisien korelasi r12 maka makin besar koefisien reliabilitas gabungan dua sekor.
b.      Gabungan k sekor
Pada cara ini gabungan dua sekor kita perluas menjadi gabungan k sekor. Sehingga koefisien reliabilitas meningkat menurut rumus berikut:
Keterangan:
 rerata koefisien reliabilitas
 rerata koefisien korelasi
Dari rumus perhitungan di atas dapat diketahui bahwa peningkatan koefisien reliabilitas gabungan sekor bergantung kepada besar kecilnya rerata koefisien korelasi di antara mereka. Jadi semakin tinggi rerata koefisien korelasi makin tinggi pula koefisien reliabilitas gabungan sekor karena seolah-olah alat ukur diperpanjang.





BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Dengan adanya pengujian dari hasil sebuah penelitian atau yang sering disebut dengan uji reliabilitas maka penelitian yang dihasilkan akan memiliki sebuah mutu yang berkualitas. Karena penelitian  yang sudah melalui uji penelitian sudah dianggap bagus dan memenuhi standart.
Berikut adalah jenis-jenis uji reliabilitas yang dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Reliabilitas Stabil (Stability Reliability)
2. Reliabilitas Terwakili (Representative Reliability)
3. Reliabilitas Seimbang (Equivalence Reliability)
Ada tiga teknik dasar yang dapat diterapkan oleh peneliti dalam menguji Reliabilitas suatu penelitian yaitu:
1. Teknik pengukuran ulang (test-retest)
2. Teknik belah dua
3. Teknik paralel (equivalent form)
Ada dua Peranan Koefisien Reliabilitas yaitu :
1.   Reliabilitas pada Gabungan Sekor (Komposit)
2.   Reliabilitas pada Selisih Sekor
Didalam pengujian sebuah hasil penelitian juga diperlukan sebuah rumus-rumus untuk menunjukkan bahwa hasil penelitian yang kita lakukan valid dan dapat dipertanggung jawabkan.





3.2    Saran
Semoga dengan adanya makalah ini mampu membantu para peneliti dalam pengujian setiap hasil penelitian yang dilakukannya.
Dan diharapkan dengan adanya makalah ini tidak hanya berguna bagi para peneliti saja, namun bagi semua khalayak umum yang dimana mampu menunjang dalam hal pendidikan dan sosial.
           





















DAFTAR PUSTAKA

1. Azwar.Saifuddin, 2003, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta, Pustaka pelajar.
2. Sugiyono, 1998, Metode Penelitian Administrasi, CV Alfabeta, Bandung.
3. Sudarwan, Danim, 2000, Metode Penelitian untuk Prilaku. Jakarta : Bumi Aksara.
4. Zainuddin, M, 2000, Metodologi Penelitian, Surabaya, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
5. Timpe, Dale, 1992, Ilmu dan Manajemen Bisnis, Elex Media Komputindo. Jakarta : Edisi Pertama.
6. Umar, Husein, 1999, Riset Sumbber Daya Manusia dalam Organisasi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : Edisi Revisi dan Perluasan.
7. Mangkunegara, A.A.P, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT. Remaja Rosda, Bandung.
8. Moenir, H.A.S., 2001, Manajemen Pelayanan Untum di Indonesia, Jakarta : Bina Aksara.

    Choose :
  • OR
  • To comment